Guru Indonesia Melek Film, Belajar Jadi Makin Fun dengan Anggun Piputri
![]() |
| Guru Indonesia Melek Film |
![]() |
| Anggun Piputri |
![]() |
| Guru Indonesia Melek Film |
![]() |
| Anggun Piputri |
![]() |
| Ruang Eksperd Batch 1 tahun 2019 |
![]() |
| Agung Budi Prakoso, ketua komunitas Ruang Eksperd |
It's been a long time since the last time I wrote in this blog. Iya. memang kesibukan menyita hampir seluruh waktu. Garisbawahi kata hampir.
Karena sesungguhnya kalau memang jadi prioritas utama, menulis artikel di blog pun akan disempat-sempatkan. Diselipkan di antara deretan tugas dan to do list di setiap harinya.
Ah, sebut saja hiatus. Biar keren.
Meski tetap nggak mengubah keadaan bahwa blog ini bahkan sudah ada sarang laba-labanya.
Sebuah pertanda bahwa harus segera sering-sering menulis, lagi.
Yok, ingat lagi seberapa target menulis di blog, yok.
Bisa, bisa, bisa.
![]() |
| Pasar Buku Palasari Bandung |
Mau ke mana di tahun 2025? Bucket list mana lagi yang mau dicoret? tana toraja
![]() |
| Rumah adat Tongkonan Tana Toraja |
"Honeymoon nanti kita jadinya pergi ke mana ini? Udahlah ke Bali aja, yok," pinta suamiku saat dalam perundingan menentukan destinasi bulan madu kami.
![]() |
| Pura Ulun Danu Bratan |
![]() |
| Desa Panglipuran, Bali |
Tolong bantuin top up voucher game, dong, sayang.
Matahari sudah tak sabar ingin kembali ke peraduannya, sementara aku dan adikku berada di tanah antah-berantah. Perjalanan yang harus kami tempuh masih panjang, ban motor pecah, kami berdua sama sekali nggak pegang uang cash, dan mesin ATM tak juga kami temukan hingga rasa takut mulai menghampiri. Kurang sial apa lagi, coba?
![]() |
| Digitalisasi BRI: BRImo |
![]() |
| Digitalisasi BRI: BRILink |
Meski akan selalu datang bahagia, yang kutahu bahwa Februari selalu datang dengan kesedihan dan beragam kisahnya.
Sad February and other stories that I have to deal with. Nggak bisa lari sama sekali, karena di saat aku berlari hingga ke ujung dunia pun, kesedihan akan tetap menemani.
Hingga akhirnya opsi terbaik untuk dipilih adalah mencoba memberanikan diri untuk tetap menghadapinya.
Walaupun dengan bantuan keteguhan hati yang setipis kertas, kaki ini harus tetap melangkah. Dengan tertatih sekalipun, atau bila perlu dengan menyeret kaki ini untuk tetap bergerak.
-PS: ini fiksi-
Tahun tiba-tiba berganti. Desember sudah mencapai penghujung, sementara Januari berdiri tegak menunggu saatnya tampil dengan gagah. Tanpa malu-malu, Januari maju.
Hingga sebuah kenyataan terasa memekakkan telinga. Januari dan sesuatu yang baru, bukanlah sesuatu yang baru.
Januari dan pengenalan diri, demi karakter yang lebih baik lagi. Tentang kehidupan, masa depan, dan pendewasaan.
Bulan Desember baru berjalan setengahnya dan hidup rasanya nano-nano. Ada banyak hal baru yang dipelajari di bulan ini. Di tahun ini, tepatnya. Aku belajar beragam hal, literally a lot of things.
Dan aku bangga.
Bahwa aku berani menantang diriku sendiri untuk terus bertumbuh, menjadi lebih besar, lebih baik dari sebelumnya.
Hei, terima kasih diriku. Kita hebat.
Tiba-tiba, semua terasa tidak baik-baik saja.
Entah apa yang terjadi hingga semua menjadi entahlah.
Yang kutahu, bulan ini hampir setiap hari hujan. Pagi, siang, sore, dan malam, tak peduli waktu.
Ember-ember yang dikeluarkan di setiap bulan berakhiran -ember. September, Oktober, November, serta Desember.
Mungkin saja, hujan bulan November turut menarik jiwaku untuk ikut suntuk, hingga semua warna berubah menjadi kelabu.
Ya, mungkin saja.
Oktober baru beranjak setengah jalan, tapi mengapa semua terasa begitu berat?
Meski nantinya semua akan baik-baik saja, namun tetap saja. What did I do?
And what should I do, now?
I don't know what to do. I really don't.
Here comes the rain again, falling from the stars, drenched in my pain again, becoming who we are. As my memory rests, but never forgets what I lost. Wake me up when September ends.
Tiba-tiba tahun 2022 sudah memasuki bulan Agustus lagi.
Tiba-tiba, kita hanya punya waktu sebanyak lima bulan hingga akhirnya tibalah kedatangan tahun 2023.
Dan di hari ini, aku merasa waktu itu memburu. Membuat kita tak hentinya berlari.
Atau mungkin melarikan diri.
Times flies so fast, indeed.
Hingga kita berhenti, lalu mati.
Menjadi orang dewasa itu berarti harus bisa membuat daftar prioritas. Kita juga akan mulai kehilangan waktu untuk selalu bersosialisasi dengan teman-teman terdekat, sebab sulitnya meluangkan waktu untuk bersama-sama.
Karena bekerja kemungkinan besar menjadi prioritas utama, selain keluarga tentunya.
Makanya, bisa ketemu dan bercengkrama dengan teman-teman itu rasanya sudah menjadi hal yang patut disyukuri, loh.
Mari kita rayakan persahabatan yang terus terjalin pada hari Persahabatan Internasional setiap tanggal 30 Juli.
Kangen kalian, temans.
Lagi-lagi kita diingatkan bahwa kematian itu begitu dekat. Kali ini, lewat satu keluarga utuh yang sebelumnya selalu bahagia. Ya, kita tahu siapa.
Sudah beberapa hari ini kita menunggu kabar dari Emmeril Khan Mumtaz, atau yang biasa dipanggil Eril. Sejak beberapa hari lalu pulalah, Eril ditunggu oleh keluarganya, terutama sang ayah dan mamah, Pak Ridwan Kamil dan Ibu Atalia. Eril dinyatakan hilang di sungai Aare, Swiss.
Kita semua turut bersedih, dan mendoakan agar Eril bisa segera ditemukan dan selamat tanpa kurang suatu apa.
Namun, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Setelah satu minggu pencarian, akhirnya Eril akhirnya dinyatakan telah meninggal dunia.
Seketika Indonesia berduka. Kita semua berduka.
Betapa kita patah hati berjamaah mendengar berita tersebut. Keikhlasan dan ketegaran yang ditampakkan oleh pak Ridwan Kamil dan ibu Atalia itu, Ya Allah.
Sekarang, sudah saatnya kita untuk pulang dan memeluk keluarga di rumah. Beri tahu mereka bahwa mereka adalah hal berharga di hidup kita.
Kelabu bulan Juni, untuk kita semua.
Pagi itu langit kelabu.
Rinai hujan tak kunjung henti menyebarkan bau tanah basah. Matahari masih enggan menampakkan cahayanya, tidak peduli hanya ada kegelapan belaka.
Tentu saja refleks terbaik adalah menarik selimut dan kembali tidur, namun kesadaran bahwa masih ada tugas yang harus diselesaikan memaksaku untuk membuka mata. Hingga akhirnya tugas terakhir di hari itu pun usai bersamaan dengan senja yang mengucapkan selamat tinggal. Langit kembali kelam, pekat.
Fix, sidang isbat menyatakan bahwa besok kita akan merayakan hari kemenangan. Idulfitri 1 Syawal 1443 H / 2022 M jatuh pada tanggal 2 Mei 2022.
Di tengah keramaian, lagi-lagi aku terjebak dalam pikiran sendiri saat pesan tersebut tak sengaja terbaca. Ada perang di kepala saat aku menyadari bahwa lebaran tahun ini adalah Idulfitri keempat tanpa ayah di sisi.
Idulfitri keempat tanpa Ayah yang selalu sibuk ketika di pagi Lebaran dan kami anak-anaknya masih bersiap-siap, sementara waktu terus berjalan dan kami sekeluarga harus segera beranjak pergi. Idulfitri keempat tanpa Ayah dengan senyumnya tatkala kami berkumpul setelah pulang dari salat id. Idulfitri keempat tanpa mendengar suaranya.
Hingga suara-suara lain menyadarkan bahwa aku sedang bersama orang-orang. Ah, tak berguna membiarkan kegaduhan di kepalaku itu terus berlanjut, ternyata.
Kami rindu, Ayah. Lebaran keempat tanpamu dan rasa kehilangan itu kiranya masih tetap sama.
Sesungguhnya tak ada yang begitu istimewa di bulan Ramadan tahun ini. Hari-hari berjalan seperti biasanya: beberapa malam bisa tidur lebih awal meski tetap saja harus terbangun di tengah malam, ataupun terjaga hingga menuju subuh. Dilanjutkan dengan sahur, dan tidur sebentar bila sempat atau buka laptop untuk mengerjakan tugas.
Kemudian bersiap-siap berangkat ke kantor, bekerja di kantor hingga sore, pulang dan mempersiapkan makanan untuk berbuka puasa (sekaligus makanan untuk sahur pula), menunggu saatnya berbuka, tarawih di rumah, dan kembali bekerja atau tidur bila tidak ada deadline. Oh iya, salat fardhu juga kebanyakan di rumah kecuali zuhur di kantor. Dah, sesimpel itu aja.
Hal ini terus berulang-ulang hingga akhirnya Ramadan hampir tiba di penghujungnya.
Lantas, apa sih yang mau kamu ceritakan, Nin? Nggak ada sih, cuma pengin update soal kehidupan, dan yang penting ada artikel baru di blog Kala Kelabu. Iya, cerita soal hidupku yang kelabu ini, ha ha.
See you soon on my next blogpost. ^^